Sunday 8 December 2013

SEJENAK BIJAK DALAM SECANGKIR KOPI KEHIDUPAN




 

KATA PENGANTAR
            Segala puji-pujian dan syukur yang tak terhingga, penulis lambungkan ke hadirat Tuhan Allah yang penuh kasih. Atas berkat dan rahmat-Nya yang begitu berlimpah, maka penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul “Sejenak Bijak dalam Secangkir Kopi Kehidupan” ini.
            Hidup kita adalah serangkaian peristiwa baik kecil maupun besar, baik senang ataupun sedih, baik hitam maupun putih. Semua hanya akan menjadi sebuah masa lalu yang mungkin saja tanpa arti jika kita sendiri yang melakoni pengalaman itu enggan memaknainya. Berpijak dari pemahaman tersebut, maka penulis mengajak kita semua untuk melihat dan merefleksikan kembali, dan akhirnya memaknai pengalaman-pengalaman hidup kita yang kita sadari atau tidak telah membentuk pribadi kita menjadi seperti saat ini.
            Buku ini berisi cerita dan pengalaman hidup baik yang penulis alami, ataupun yang dialami oleh orang-orang yang berada di sekitar penulis. Penulis berharap dengan cerita-cerita sederhana ini, mampu menginspirasi kita semua untuk dapat memaknai hidup kita. Dengan demikian kita semua akan semakin berkembang menuju ke arah yang lebih baik dan lebih baik.
            Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam buku ini. Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan semoga kebaikan hati para pembaca mendapatkan berkat dan rahmat yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Pemurah.

                                                                                    Jangli Permai, 6 Oktober 2013
                                                                                    Salam dalam persaudaraan
                                                                                    Penulis




BAB I
Apa yang saya saksikan di Alam
adalah sebuah tatanan agung
yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh,
dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan “rendah hati.”  (Einstein)








ADA DUA PELANGI

Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan bagaikan matahari,
maka butuh keduanya untuk melihat pelangi
(http://katakatabijak.com/melihat-pelangi)

Hari ini  Rani bercerita kalau ia melihat dua buah pelangi.
Sebuah tanda langit yang akhir-akhir ini jarang kita lihat.
Entah kenapa, ya rasa-rasanya kok pelangi jarang banget muncul di langit.
Jadi begitu lihat pelangi rasanya seneng banget.
                                     
Lalu kutanya dia, “Kamu membuat permintaan apa waktu lihat dua pelangi?” 
Konon kalau ada pelangi berarti ada “penghuni langit” yang turun ke bumi.
Kalau dalam dongeng  yang biasa turun dengan menggunakan tangga pelangi
adalah para bidadari yang akan mandi.
Tapi itu dongeng, lho!
Rani pun menjawab, “Minta supaya lulus dengan nilai yang baik dan diterima di SMP favorit.”  
Rani memang kelas 6 SD waktu itu.
Jadi  wajar kalau ia punya permintaan supaya lulus dengan nilai yang baik
Dan dapat diterima di SMP favorit.
           
Semoga doamu terkabul, Nak.
Kamu lulus dengan nilai yang baik dan memuaskan.
Tapi jangan lupa,
jangan mentang-mentang udah buat permintaan lewat pelangi terus lupa belajar.
Belajarlah sebaik mungkin
dan berdoalah sekusyuk mungkin,
 niscaya cita-citamu dapat tercapai.” GBU!

LANGIT PUN TERSENYUM
Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya
langit bertaburkan bintang di atas
dan alam semesta yang penuh hikmah
di dalamnya. (Einstein)

Sebuah fenomena alam yang cukup langka terjadi
pada hari Senin, 1 Desember 2008.
Dua buah bintang dan bulan membentuk sebuah formasi
seperti gambar wajah orang yang sedang tersenyum.
   
Anak-anaklah yang pada awalnya melihat,
lalu mereka memberi tahuku.
Sayang aku tidak punya kamera yang bagus
sehingga peristiwa langka itu luput dari dokumentasiku.
Tapi kucoba cari di internet dan kutemukan gambarnya
Persis seperti yang kami lihat waktu itu.

Saat anakku yang kecil bertanya   
“Kok   bisa, ya? aku hanya menjawab, “Alam sedang berbahagia.
Akan datang masanya, saat-saat bahagia pada masa-masa yang akan datang.
Dan alam telah memberi tanda.
Kapan itu akan terjadi? Hanya Tuhan yang tahu.”

Yang jelas kami sangat beruntung
karena kami diperbolehkan melihat peristiwa yang sangat langka tersebut.
Kami nggak tahu apakah peristiwa langka tersebut masih akan muncul atau tidak.
Sungguh besar kuasa-Nya. 


SAAT BULAN ITU HILANG
Tugas sains antara lain adalah untuk menemukan keindahan alam

Barang kali tak satu pun orang menyadari bahwa bulan telah hilang.
Walau masih sering menjadi perdebatan terutama bila saudara-saudara umat Muslim mau menentukan awal bulan puasa dan hari raya Idul Fitri,
atau hari-hari tertentu yang menggunakan perhitungan bulan.
Namun barangkali mereka pun tak pernah menyadari bahwa bulan itu telah hilang.

Tidak perlu diperdebatkan.
Oleh karena itu, saya mau cerita sedikit tentang bulan
dalam pemahaman saya di masa kecil dulu.
Pada waktu saya kecil, bulan terlebih bulan purnama
adalah sebuah daya tarik yang luar biasa.
Hingga seorang penulis lagu dolanan anak-anak menuliskan tembang
yang diberi judul “Padhang Bulan” berikut:
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré

Tembang di atas kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
kira-kira seperti di bawah ini:

(Ayo teman-teman bermain diluar
Cahaya bulan yang terang benderang
Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan
Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur  sore-sore)

Di saat bulan terang, banyak anak berkumpul di halaman
atau di tempat-tempat yang strategis untuk bermain.
Kami bermain apa saja.
Kami bisa bermain petak umpet, bermain gobak sodor, atau permainan apa pun.
Sedangkan orang-orang tua saling bercengkrama,
bercerita tentang pengalaman mereka siang hari dan sebaginya.
Ada keceriaan, ada kebersamaan, ada kerukunan, dan keguyuban di sana.
Suasana menjadi begitu menyenangkan.
Menjadi begitu HIDUP.

Karena tuntutan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,
ada suatu ciptaan manusia yang menggeser dan menelan bulan
hingga saat ini bulan itu hilang.
Apa itu? Listrik ...

Ya, listrik menjadi sarana penerang dikala malam.
Dengan listrik ada berbagai-bagai alat elektronika
yang menghidupkan suasana malam hari pada setiap rumah dan keluarga.
Keceriaan anak-anak bermain, kebersamaan, dan keindahan bulan purnama pun hilang
dari lingkungan kita.
Dan jadilah kita seperti saat ini.

Bulan tinggal kita butuhkan di saat-saat tertentu.
Dan bulan tinggal menemani sepasang kekasih
yang kadang sedang membual dan megobral janji gombal atas nama bulan.
Bulan di langit jadi saksi cintaku padamu, Dik…” 
Atau “Lihatlah bulan itu begitu indah seindah paras wajahmu yang menawan hatiku….” 
Apa,  iya? Dasar orang yang sedang dimabuk cinta. Wk...wk...wk...!






SIANG YANG SUNGGUH GELAP
Bila kita mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu
dan kekhawatiran untuk masa depan,
kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.  (Anonim)

Aku bersyukur karena boleh mengalami salah satu peristiwa langka
yaitu menyaksikan gerhana matahari total.
Menurut data yang aku temukan (karena kejadiannya sudah lama, jadi waktu
Tepatnya lupa. Terpaksa tanya orang pintar; Mbah Google).
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 11 Juni 1983.
Siang yang benderang perlahan-lahan berubah menjadi redup dan akhirnya gelap gulita. Kurasakan kegelapan itu lebih gelap daripada malam.
Karena saat malam, di langit masih terdapat bintang-bintang.
Tapi waktu itu, tak ada satu benda langit pun yang nampak bercahaya.
Semua gelap.

Konon peristiwa itu adalah sebuah peristiwa yang sangat langka.
Namun sebagian besar rakyat negeri ini ditakut-takuti
Untuk tidak melihat langsung peristiwa tersebut
Karena bisa menimbulkan kebutaan.
Padahal, banyak orang luar negeri berbondong-bondong ke Indonesia
Untuk dapat melihat peristiwa alam itu secara langsung.

Dan aku termasuk orang yang  takut memandang langsung ke arah matahari
saat peristiwa langka itu terjadi.
Dengan terpaksa aku hanya melihat melalui televisi detik-detik gerhana terjadi.

Belakangan aku tahu kalau apa yang disampaikan tentang bahaya kebutaan itu
Tidaklah 100% benar.
Bahkan ada yang mengusulkan tanggal 11 Juni
Diperingati sebagai hari “Pembodohan Nasional”
Mengapa?
Karena pada hari itu hampir sebagian besar orang Indonesia
Terutama yang di Jawa dan Sumatra
Termakan propaganda untuk tidak menatap langsung
Peristiwa gerhana matahari
Yang konon hanya akan terjadi
300 tahun sekali di tempat yang sama.

Para astronom maupun peminat astronomi dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong datang ke Indonesia, untuk menyaksikan peristiwa langka yang mungkin hanya sekali seumur hidup mereka alami. Sebaliknya, kita di Indonesia, justeru diam ketakutan, mengurung diri di dalam rumah. Propaganda mengenai bahaya menatap langsung gerhana matahari mampu membuat orang kehilangan akal sehat, lebih memilih untuk menatap gerhana lewat layar televisi ketimbang menyaksikan suasana saat gerhana dengan mata kepala sendiri. (http://blog.dhani.org/2007/11/gerhana-matahari/)

Terlepas dari semua itu
Boleh melihat dan merasakan kenyataan itu, aku sudah bersyukur.
Walau tidak sempat menatap langsung detik-detik yang langka.
Betapa besar kuasa Tuhan atas alam semesta.
Segala sesuatu begitu sempurna. Terima kasih Tuhan.










BAB II
Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup
Sebab pendidikan yang sesungguhnya adalah kehidupan itu sendiri.
(http://terunicks.blogspot.com)

















ANAK ITU BERNAMA KEVIN
Prestasi bukanlah suatu kebetulan,
dan impian nggak akan pernah menjadi kenyataan tanpa kerja keras. (Anonim)

Kevin, sebut saja begitu.
Ia anak kelas 7 (kelas 1) di sebuah SMP.
Anaknya kecil, dan kurus.
Ia berasal dari sebuah keluarga sederhana.
Setiap berangkat dan pulang sekolah
ia diantar dan dijemput orang tuanya menggunakan sepeda.

Satu hal yang menarik dari anak tersebut untuk kuceritakan adalah
bahwa anak tersebut tetap PD (percaya diri)
meskipun latar belakang kehidupannya semacam itu
sedangkan mayoritas teman-teman di kelasnya
berasal dari keluarga yang cukup kaya, 
bahkan ada yang sangat kaya.

Hal lain yang menarik dari anak tersebut adalah, kemauannya untuk belajar.
Hal itu dapat terlihat ketika diberi kesempatan untuk mengerjakan latihan di depan kelas,
pasti ia selalu tunjuk jari untuk mengerjakan soal-soal tersebut.
Meskipun kadang salah, tapi ia tetap percaya diri.

Hanya kadang-kadang teman-temannya suka ngledekin dia.
Kasihan juga sih!
Tapi kuakui ia anak yang hebat.
Mentalnya cukup kuat.
Bahkan selepas dari SMP itu
Kevin diterima di sebuah SMA favorit
Dengan persaingan yang sangat ketat.
O ya, saat di SMA
ia tak lagi diantar dan dijemput dengan sepeda
tapi orang tuanya sudah memiliki sepeda motor
jadi, ia diantar dan dijemput dengan sepeda motor.

Ya, semoga kau berhasil dalam meraih cita-cita Vin.

























ARDI VS PAK ANTON

Diskusi adalah pertukaran pengetahuan,
sedangkan perdebatan adalah saling menukar kedunguan. (Robert Quillen)

Seperti biasa, pelajaran bahasa Indonesia di kelas 8H di sebuah SMP terasa “garing”.
Pak Anton mengajar, murid pun belajar.
Saat sedang menerangkan mengenai Karya Tulis,
seorang murid berperawakan gendut dan berkulit putih, protes.

Anak bernama Ardi itu tidak setuju dengan apa yang diterangkan Pak Anton.
Pak Anton pun menjadi tidak terima dengan protes yang dilakukan Ardi,
karena Pak Anton merasa apa yang sudah dijelaskan sangatlah jelas.

Sebenarnya, hal semacam itu sudah biasa.
Kedua orang ini memiliki sifat yang sama, yaitu “ngototan”.
Ardi  dan Pak Anton sama-sama merasa pendapat mereka benar.
Ya, begitulah yang terjadi di kelas 8H setiap pelajaran bahasa Indonesia.
Begitu komentar anak-anak yang lain...

Weleh...weleh...mana gurunya...mana muridnya?
He...he...he... Sabar, ya Pak!












BERBAGI TEMPAT DENGAN AYAM
Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup
untuk membuatmu baik hati,
cobaan yang cukup
untuk membuatmu kuat.
Kesedihan yang cukup
untuk membuatmu manusiawi.
Pengharapan yang cukup
untuk membuatmu bahagia. (Anonim)

Tahun 2007 keluarga Romi pindah ke Semarang.
Sebagai orang baru Romi dan keluarganya merasa asing di kota ini.
Atas kebaikan seorang teman, Romi diizinkan mengontrak rumah milik saudaranya.
Rumahnya sangat sederhana.
Dindingnya terbuat dari papan yang catnya sudah mulai kusam dan mengelupas.
Tempatnya berada di pojok dan tertutup dinding tinggi milik rumah tetangga.
Itu pun Romi harus berbagi dengan pemilik rumah.
Setengah dari rumah itu dipakai Romi dan keluarga
sedangkan setengahnya lagi ditinggali si empunya rumah.

Tapi tak apalah, begitu pikir Romi dan istrinya.
Romi harus tetap bersyukur karena ia sekeluarga masih ada tempat tinggal.
Ada keinginan  juga sebenarnya untuk mencari tempat yang lebih baik.
Tapi saat itu Romi tak memiliki cukup uang untuk merealisasikan keinginannya tersebut.

Ada satu hal yang membuat keluarga Romi tak nyaman,
yaitu di samping rumah yang mereka tempati dipakai untuk kandang ayam Bangkok.
Sebetulnya sih ayam-ayam itu bukan milik si empunya rumah
tapi milik salah satu saudaranya yang dititipkan di situ.
Karena si pemilik ayam adalah orang yang kaya,
maka ayam-ayam itu pun mendapat perlakuan yang istimewa.
Maklum ... ayam juga punya status ekonomi…!
Oleh karenanya keluarga Romi harus bersikap hati-hati,
tidak boleh membuat ayam-ayam tersebut takut bahkan stress.
Yah, jadilah keluarga Romi yang stress…!
Pernah suatu ketika, saat istri Romi si Romana mencuci karpet
dan hendak menjemur karpet tersebut di samping rumah dekat kandang ayam.
Romana sudah bersikap sangat hati-hati.
Tetapi dasar ayam, mereka kaget juga lihat Romana dan karpet merah yang dibawanya.
Ayam-ayam tersebut menjadi ribut,
dan salah satu ayam yang kebetulan sedang dilepas dari kandang
terbang tinggi melompat pagar pembatas.
Wah, jadilah keributan dan kehebohan.
Romi dan Romana pun harus mengejar ayam tersebut sampai ke rumah tetangga.
Untunglah ayam itu bisa ditemukan.
Kalau tidak?
Mereka pasti harus mengganti, padahal  tentu harganya mahal.
           
Saat-saat yang paling menyenangkan bagi keluarga Romi adalah saat liburan.
Bukan cuma karena mereka tidak bekerja atau belajar,
tetapi yang utama adalah mereka boleh sedikit terbebas dari ayam
dan situasi rumah yang kurang nyaman.
Saat liburan mereka manfaatkan untuk pulang kampung
untuk sekadar melepas segala kepenatan dan kejenuhan.
                                        
Cukup lama juga Romi dan keluarganya bertahan di rumah itu.
Mereka berpikir daripada pindah rumah tapi masih tetap ngontrak juga,
lebih baik uangnya mereka sisihkan buat mencari rumah sendiri.

Akhirnya, pada tahun 2000 mereka berhasil juga membeli rumah
meskipun dengan kredit dan sampai saat ini belum juga lunas he…he…he…
Tapi mereka merasa sangat bahagia.
Terlebih mereka boleh merasakan kebebasan dan kemerdekaan.
Merdeka Mas Bro...!
KAKI SERIBU
Lakukan apa yang dapat Anda lakukan,
dengan apa yang Anda miliki
dan di tempat Anda berada. (Theodore Roosevelt)

Musim penghujang telah tiba.
Tapi musim hujan kali ini beda dengan biasanya.
Kenapa? Karena di rumah kami ada banyak kaki seribu (luwing) kecil-kecil.
Mula-mula binatang kecil itu hanya kami sapu atau buang ke luar rumah
tiap kali binatang itu masuk rumah.
Tapi beberapa saat kemudian ada lagi yang masuk rumah,
entah binatang yang sama dengan yang kami buang atau bukan.
Supaya tidak kembali, lalu kami buang binatang tersebut lebih jauh lagi.
Tapi ya gitu deh… hari berikutnya ada lagi yang masuk rumah.
           
Lama-lama kami jengkel juga.
Di samping itu aku juga merasa takut,
kalau-kalau binatang kecil itu nyasar ke mana-mana.
Padahal, anak-anak suka tiduran di lantai sambil melihat televisi.
Karena itu, terpaksa si kaki seribu yang masuk rumah kami bunuh.
Sebenarnya kasihan juga, sih!
Tapi mau bagaimana lagi?
Karena binatang ini tiba-tiba bisa ada di kamar tamu,
di kamar tidur, di kamar mandi, di garasi, dan kadang merambat di tembok.
           
Ya, begitulah pengalaman kami dengan si kaki seribu
di musim hujan tahun 2009.
Moga-moga kali lain tidak terjadi lagi.



KETIKA POHON MANGGAKU BERBUNGA
Kedelai yang memisahkan diri dari  tempe
bukan saja tak ada harganya, tapi jadi malah dipatuk ayam.
Sebaliknya, kerikil ikut dihargai karena tergabung dalam tempe. (Anonymous)

Untuk kali pertama pohon mangga di depan rumah kami berbunga.
Entah kapan aku tanam pohon itu, sudah lupa.
Mungkin sedikitnya 5 atau 6 tahun yang lalu.
Pohon mangga yang kusemai sendiri dari bijinya (“peloknya”) itu,
ternyata mau juga berbunga. 
Karena selama ini yang tumbuh rimbun hanya daunnya, bahkan sangat rimbun.
Tapi tanpa kusadari pohon itu sekarang berbunga.

Pelan tapi pasti,  bunga-bunga itu telah berubah menjadi buah.
Ada beberapa buah di sana.
Ah, senang juga.
Apa yang kupikirkan ternyata jauh dari kenyataan.
Karena semula aku menyangka pohon itu nggak akan berbuah,
atau kalau toh berbuah pasti butuh waktu cukup lama.
Paling tidak 10 tahun dari masa penanaman baru mau berbuah.
E.. ternyata salah.
Aku menjadi tidak sabar ingin merasakan bagaimana manis atau asamnya buah mangga itu nanti.

Saat buah-buah itu mulai masak, ya...ternyata cukup asam.
Kalau mangga itu belum benar-benar matang maka rasanya benar-benar asam.
Tapi lumayanlah bahkan dalam semusim ini
mangga itu sudah berbuah sampai tiga kali dan buahnya semakin lama semakin banyak.

Makasih Tuhan,
karena Engku telah mempercayakan pohon mangga itu
pada kami terlebih buah-buahnya yang boleh kami nikmati.
L E W I
Seseorang menganggap penyekat sebagai batu penghalang,
Sedangkan orang lain menganggapnya sebagai batu loncatan.

Mulai hari Senin – Kamis, tanggal 27 – 30 April 2009
adalah waktu Ujian Nasional bagi siswa SMP.
Seperti biasa, setiap Ujian Nasional aku mendapat tugas untuk menjadi pengawas di sekolah lain. Istilahnya pengawas silang.
Untuk tahun ini (2008/2009) aku mendapat tugas mengawas  SMP X (baca SMP eks).
Katanya sih pembagian tempat mengawas disesuaikan dengan alamat rumah,
maksudnya pengawas diusahakan tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.
Tapi untuk kali ini aku mendapat tempat mengawas yang relatif jauh dari rumah.
Tapi ya, nggak apa-apa, tambah pengalaman.

Nah, kaitanya dengan tugas mengawas ini ada satu pengalaman yang menarik.
Di hari pertama (Senin, 27 April 2009) aku mendapat jatah mengawas di ruang 3.
Di ruang ini ada satu anak yang kemampuan motoriknya agak kurang.
Oleh pihak sekolah, kami diminta untuk membantu anak tersebut terutama pada saat penulisan dan penghitaman identitas diri.
Karena keterbatasannya itu saat menghitamkan identitasnya
sering kali tidak sesuai urutannya.
Nah, kami para pengawas diminta untuk membantu
supaya pengisian identitas diri tersebut benar.
Selebihnya biarlah “keberuntungan” dia yang “bicara”.

Mudah-mudahan lulus, ya Lewi!





BEJO FUNS CLUB
Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan
adalah pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai.
(JRR, penulis novel The Lord of the Rings).

Lelaki tua itu bernama Pak Bejo
Sudah tua memang.
Sebagai tenaga pelaksana ia sudah cukup lama pensiun.
Bapak kita ini pensiunan pegawai negeri sipil, lho.
Hebatnya, meskipun sudah pensiun
ia tidak mau dipensiun dari pekerjaannya sebagai tenaga pelaksana.
Ya…. jadilah ia sebagai pegawai honorer di tempat kerjanya.
Kasihan juga sih sebenarnya melihat kondisinya.
Tapi apa boleh buat karena ia memang masih memiliki semangat dan keinginan
untuk tetap bekerja.

Sebagai karyawan yang sudah sangat lama,
Pak Bejo begitu dikenal oleh siswa-siswa dari berbagai angkatan.
Karena begitu “terkenalnya” bahkan anak-anak
membuat frenster yang dinamai “Bejo Funs Club”.
Atau bahkan anak-anak sering juga memanggilnya “Jendral Besar”  Bejo
Ya…ya… Bapak kita ini memang sangat hebat.
Hanya saja jarang ada orang yang berani mengajaknya bicara.
Bukan apa-apa sih, terlebih karena takut aja padanya.
Dan memang nggak gampang bicara dengannya. He...he...he...
           
Salam Pak Bejo. GBU!





POHON MAWAR MERAH
Di dalam kehidupan wanita,
ada saat di mana dia harus cantik agar dicintai,
lalu sampai saat dia harus dicintai agar tetap cantik. (Anonim)

Kami mempunyai sebuah pohon mawar.
Pohonnya sih biasa seperti kebanyakan pohon mawar lainya.
Hanya jika berbunga, bunganya sangat indah.
Maka kami merawatnya sebaik mungkin.
Dan selalu berusaha untuk menangkarkannya.
Cara penangkaran yang selama ini kami lakukan, ya kami stek.
Tapi, selalu gagal. Pohon hasil stekan itu selalu mati.

Suatu ketika kami punya ide untuk mencangkoknya.
Dan ternyata berhasil.
Tapi, kami cuma berhasil mencangkok satu kali.
Ketika kami mencangkoknya untuk kedua kalinya, gagal.
Hasil cangkokan yang pertama sudah mulai hidup dengan baik
meskipun tidak sebaik pohon aslinya.

Tapi sayang, pohon mawar aslinya itu saat ini mati.
Kami nggak tahu pasti kapan pohon itu mati.
Tiba-tiba batangnya sudah mengering.
Sedih juga sih. Tapi apa mau dikata.
Bukankah semua yang hidup akan mati?
Mungkin tugas Si Mawar udah selesai.
Ia udah cukup lama menghiasi rumah kami.
Terimakasih  mawar merahku.



TENTANG MANUSIA

Manusia
Datang  dan pergi
Silih berganti.
Sendiri mereka datang,
Sendiri pula mereka pergi.
Berbagai-bagai yang dilakoninya
Di panggung sandiwara.
Tempat mereka jadi pemain,
Sekaligus menjadi penontonnya.
Berbilang kali duka berganti suka
Dalam tangis dan tawa
Berhias kegagalan dan kesuksesan.
Penentu semua awal dan semua akhir
Adalah Penulis naskah dan Sang Sutradara
Yaitu Ia Sang Pencipta.




BAB III
Kebahagiaan tidak bisa dikejar, tidak bisa dicari,
tidak bisa dimiliki untuk diri sendiri, tidak bisa dihabiskan,
tidak bisa rusak dan tidak bisa dibeli.
Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual
 dari menikmati setiap detik kehidupan kita
dengan penuh rasa cinta,
rasa syukur dan terima kasih,  
serta pengabdian kepada Tuhan yang menciptakan kita.
~  Denis Waitley  ~












AKHIRNYA JADI JUGA
Di antara mimpi-mimpi esok
dan penyesalan tentang hari-hari kemarin
ada kesempatan di hari ini. (Anonim)

Malam ini keluarga Pak Yudi jadi juga ke sebuah rumah makan 
yang terletak di Jalan Teuku Umar.
Udah cukup lama mereka  sekeluarga ingin ke sana.
Tapi   mereka  sering ragu-ragu.
Soalnya setiap kali melewati depan rumah makan tersebut,
yang parkir di depan rumah makan adalah mobil-mobil bagus.
Mereka berpikir pastilah yang makan di situ  orang-orang kaya.
Minder juga sih… jangan-jangan nggak kuat bayar hingga harus ninggalin KTP.
Kan malu-maluin!
Demikian pikir Pak Yudi.

Dengan membulatkan tekad, mereka berangkat ke sana.
Seperti biasa, malam itu mobil-mobil yang parkir di depan rumah makan itu
adalah mobil-mobil bagus, bahkan sangat bagus.
Dengan pedenya mereka parkirkan mobil tua mereka.
Hebatnya Pak Satpam/Petugas Parkir tetap melayani mereka dengan baik
seperti ketika melayani tamu-tamu yang lain yang mengendarai mobil bagus.
Ketika mereka sampai di dalam, mereka pun mendapat pelayanan sama
seperti pengunjung-pengunjung yang lain.

Setelah sampai di lantai 3 dan memilih meja makan, 
keluarga Pak Yudi kemudian memesan makan malam yang mereka inginkan.
Tentu salah satu menu utamanya adalah nasi,
kemudian gurami bakar, lalapan, sambal, tumis kangkung, dan minuman.


Oya, tidak lupa mereka juga mendapat empat gelas air putih gratis
dan empat mangkok air putih untuk cuci tangan juga gratis,
masih ditambah empat tissue dan tusuk gigi gratis. Ha…ha…ha…wk...wk...wk....!

Selesai makan, tak lupa Pak Yudi  pun menuju ke kasir untuk membayar.
Mahal nggak? Ya… biasa. (Maksudnya biasa mahal...)
Meskipun demikian, Pak Yudi nggak harus ninggal KTP dan masih bisa mbayar parkir.
Yang jelas terbayar sudah  keinginan mereka selama ini.
Thank God!















BAND IDAMANKU
Kesuksesan akan tidak pernah dapat di raih
jika seandainya kita masih terpaku pada persoalan
dan lupa akan apa yang menjadi tujuan. (Anonim)

Nama anak itu adalah Tomy.
Ia mempunyai sebuah group band yang bernama Lord Osiris (LO).
Pada awalnya band ini terbentuk karena mereka sering bermain bersama-sama.
Beginilah ceritanya.

Saat Tomy lulus dari SD, ia sangat berambisi untuk masuk ke SMP favorit di kotanya.
Maka Tomy pun belajar sungguh-sungguh untuk bisa lolos ujian masuk sekolah itu.
Akhirnya perjuangan Tomy pun membuahkan hasil.
Ia diterima di SMP tersebut dengan nilai yang cukup memuaskan.

Setelah masuk, ia ditempatkan di kelas 7F
yang anak-anaknya sebagian besar asing baginya.
Dari sekian banyak teman di kelas 7F, hanya ada 3 anak yang ia kenal.
Tapi tentu saja saat ini semua sudah ia kenal dengan baik.

Hari-hari pun berlalu.
Tomy menjadi semakin akrab dengan teman-teman barunya
terutama Dimitri, Vian, Elfan, dan Adri.
Ternyata mereka jago dalam bermain musik.
Oleh karena itu, mereka kemudian sepakat membentuk kelompok band,
dengan formasi sebagai berikut.

*      Adri     : bermain drum
*      Dimitri : bermain Bass
*      Elfan   : bermain gitar
*      Vian    : bernyanyi
*      Tomy   : bermain gitar dan bernyanyi.
Pada bulan Oktober 2008, mereka memutuskan untuk membuat group band bernama DVEAT, yang artinya melambangkan huruf depan nama mereka, yaitu:
Dimitri, Vian, Elfan, Adri, dan Tomy.

Setelah cukup lama mereka berlatih,
mereka memutuskan Tomy menjadi vokalis dan bermain gitar akustik.
Supaya lebih keren, nama group band mereka pun diganti menjadi Lord Osiris,
yang artinya Tuhan Penguasa Langit.
Mereka berharap agar  kelak mereka menjadi group band yang terkenal
dan diidamkan banyak orang.
Sekses selalu, Mas Bro!
                                                                                                 











BELAJAR NAIK SEPEDA
Bodoh sekali jika kita takut
menghadapi apa yang tidak bisa kita hindari.
(Peribahasa Latin)
Sudah lama sih pengalaman ini.
Tapi tak apalah,
mungkin ada sesuatu yang masih dapat kita petik dari pengalamanku
di waktu kecil saat belajar naik sepeda.

Zaman aku kecil dulu,
belum banyak model sepeda seperti saat ini.
Bahkan memiliki sepeda pun saat itu menjadi salah satu hal yang luar biasa.
Terlebih di tempatku, di salah satu dusun di Kecamatan Ngawen,
Kabupaten Gunungkidul yang sangat jauh dari keramaian kota dan modernisasi.
Dalam peribahasa Jawa sering disebut “cerak watu adoh ratu”.
Yang artinya lebih dekat dengan batu-batu daripada dengan Raja.
Bisa juga diartikan jauh dari pusat keramaian kota.

Jalan di dusunku masih berupa jalan tanah yang kalau musim kemarau berdebu
dan kalau musim hujan becek (jeblok) dan licin.
Nah, jalan yang kondisinya seperti  itulah yang aku pakai untuk belajar naik sepeda.
Mula-mula saat aku naik sepeda, sepeda itu dipegangi saudaraku agar aku tidak jatuh.
Saat sudah mulai bisa menjaga keseimbangan,
saudaraku pun mulai melepaskan pegangannya sehingga aku mulai naik sepeda sendiri.
Tapi dasar aku anaknya penakut, terlebih takut sakit,
sehingga membuat aku takut jatuh,
maka pelajaranku naik sepeda pun tidak selancar teman-teman sebayaku.

Sepeda hanya aku naiki saat berada di jalan yang menurun.
Sedang bila di jalan yang naik atau datar
sehingga  aku harus menggenjot pedal atau mengayuh,
tidak aku lakukan karena saat mengayuh itu sepertinya sepeda mau roboh.
Dan itu berlangsung cukup lama.

Tapi karena sering diolok-olok atau diejek teman-teman,
maka aku beranikan mengayuh sepeda.
Dengan segenap keberanian yang aku miliki
maka aku pun dapat mengayuh sepeda dengan baik.
Namun suatu ketika, saat aku pulang dari belajar naik sepeda,
di sebuah jalan yang turunannya cukup tajam, aku terjatuh menabrak pagar.
Hal itu terjadi karena aku tidak mampu menguasai sepeda yang melaju kencang
dan tidak mampu megerem sepeda dengan baik.

Itulah sedikit pengalamanku saat aku belajar naik sepeda.
Ternyata untuk dapat naik sepeda dengan baik dan lancar
memang membutuhkan keberanian, keterampilan, dan kehati-hatian.






















CERPEN PERTAMA
Di antara mimpi-mimpi esok dan penyesalan tentang hari-hari kemarin
ada kesempatan di hari ini. (Anonim)

Berkali-kali aku mencoba mengirim cerita pendek, puisi, ke berbagai media massa.
Tapi tak satu pun tulisan-tulisan tersebut yang dimuat.
Ibarat mengirim 10 kali tapi ditolak 100 kali.
Hampir putus asa rasanya.
Hingga suatu ketika, aku menulis cerpen yang berjudul “Keris”
lalu aku kirimkan ke sebuah media massa daerah di kotaku.
Puji Tuhan. Cerpenku  itu akhirnya dimuat juga.
Betapa senangnya hatiku saat itu.

Aku sudah lupa berapa honor yang aku terima saat itu.
Tetapi ada hal lain yang aku rasakan, yaitu kepuasan batin.
Ada rasa bangga, senang dan puas karena hasil karyaku dapat diterima
dan tentunya juga dibaca banyak orang.
Aku masih ingat, waktu itu koran yang memuat cerpenku kubawa pulang,
lalu cerpen tersebut kubacakan untuk ibu.

Tapi sayang. Setelah itu tulisan-tulisanku tak lagi diterima di media masa.
Kecuali satu cerpenku yang berjudul “Sungai” yang dimuat di majalah lokal,
entah apa namanya aku sudah tidak ingat lagi.
Mungkin juga nasibku yang belum beruntung.
Atau mungkin tulisan-tulisanku memang kurang berbobot sehingga tidak layak muat.

Sampai saat ini pun aku masih terus berusaha menulis,
karena aku memang suka menulis.
Hingga suatu saat Kepala Kantor di tempatku bekerja
memintaku untuk bergabung dalam anggota redaksi sebuah majalah
di Yayasan tempatku bekerja.
Tawaran itu tentu saja aku terima,
karena aku semakin mempunyai peluang untuk dapat menulis
dan mengekspresikan semua gagasanku.

Selang beberapa waktu
Setelah aku bergabung menjadi anggota redaksi majalah tersebut
Buku pertamaku diterbitkan oleh sebuah penerbit ternama di Jogjakarta.
Ada rasa bangga di hatiku.
Satu tahun kemudian, buku keduaku pun diterbitkan
oleh penerbit yang sama.
Terima kasih Tuhan. ...













PESTA SIAGA
Pemenang menuntaskan masalah,
pecundang membiarkan masalah tanggung dan mengambang.

Berikut adalah cerita kecil waktu anakku masih SD,
saat mengikuti pesta siaga.
Bagaimana cerita selengkapnya? Silakan baca lebih lanjut ....

Pesta Siaga  di Gua Maria Kereb, Ambarawa.
Hari – hari sebelum itu, kami sudah bersusah payah untuk latihan.
Pesta siaga itu adalah pesta siaga yang kedua yang pernah aku ikuti.

Sebelum berangkat, kami berdoa bersama-sama terlebih dahulu
untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Tuhan selama dalam perjalanan.
Setelah berdoa, kami pun berangkat.
Saat di dalam mobil aku sangat pusing, mual, dan udah kayak gak kuat.
Lama sekali rasanya perjalanan kami.

Waktu sudah menunjukkan  pukul 07.00.
Kami merasa senang, tapi juga deg – degan.
Kami harus menunggu acara pembukaan pesta siaga dimulai.
Kami menunggu dengan duduk-duduk, makan,
ngobrol bersama guru, ibu-ibu, dan teman-teman.
Saat aku mengunggu, aku melihat temanku membeli es cream,
aku pun meminta temanku itu untuk mengantarkanku membeli es cream juga.
Aku makan sambil duduk di tempat mengobrolku tadi.
Aku ditanyai oleh guruku, “Kok pagi – pagi sudah makan es cream? Nanti sakit, lho!”
Aku  menjawab sambil cengar-cengir “Gak apa-apa, Bu.”

Setelah cukup lama kami semua menunggu hingga terasa sangat bosan.
Guruku memanggil untuk mengikuti upacara pembukaan.
Upacara pembukaan berjalan dengan lancar dan tertib.
Setelah  upacara,  kami diberi pengarahan
kemudian diminta menyanyikan yel – yel kelompok / regu kami.

Saat yang kami tunggu-tunggu pun datang, yaitu pelaksanaan berbagai lomba.  
Kami dengan semangat mengikuti lomba itu.
Ada lomba menari, lomba kekompakan regu, meniti tali, alat indra, dan lain-lain.

Pertama-tama kami menuju pos menari.
Di pos tersebut kami menari dan menyanyi  Jawa yang berjudul “Gethuk”.
Juri yang menilai kami senang dan tersenyum.
Setelah selesai, aku sebagai ketua regu memberi laporan.
Kami melanjutkan lagi ke pos alat indra pembau.
Kami  membaui sesuatu yang terbungkus dalam tisu lalu kami disuruh mencatat.
Kami  dapat melakukannya dengan baik.

Setelah dari pos alat indra pembau,
kami melanjutkan ke pos kekompakan.
Di pos ini kami pun melakukannya dengan sangat baik hingga juri kami kagum.

Setelah dari pos kekompakan, kami melanjutkan ke pos meniti di atas tali.
Meskipun kami capek sekali, tetapi semangat kami tidak pernah habis.
Di pos ini kami harus menunggu lama sekali.
Akhirnya kami pun mulai permainan.
Aku mendapat giliran yang pertama.
Di permainan ini aku  sangat antusias sehingga aku menjadi yang pertama.  

Setelah dari pos meniti,  kami melanjutkan ke pos yang terakhir.
Sebenarnya aku sudah lelah sekali, namun aku berusaha untuk tetap bertahan.
Selain itu rasa haus yang teramat sangat juga menggangguku.
Aku mencoba mencari tante yang tadi sempat aku titipi minumku tapi tidak ketemu.
Aku terpaksa menahan rasa hausku.
Setelah kami sampai pos, aku langsung lapor seperti pada pos yang lainnya.
Setelah itu, aku dan teman-temanku menyanyikan lagu nasional, lagu Jawa,
dan mengucapkan Pancasila.
Setelah selesai aku kembali lapor dan menyanyikan yel – yel.
Tapi rasanya aku sudah tidak kuat dan mau pingsan karena tenggorokanku kering.
Aku ingin muntah, tapi aku tahan di mulutku.
Aku bilang kepada temanku dengan bahasa tangan, kalau aku mau muntah.
Temanku itu pun mengerti dan kami langsung izin ke kamar mandi terdekat.
Di kamar mandi, aku langsung muntah. Semua teman-temanku mengkawatirkanku.
Betapa baiknya mereka semua.
Hal ini membuat aku sangat senang.

Setelah di pos terakhir, kami pun istirahat untuk menunggu pengumuman
Hasil lomba tersebut, kelompokku mendapatkan juara I.
Rasanya tidak sia-sia perjuangan kami.
Kemenangan itu membuat kami semua senang dan bangga.
Itulah sedikit pengalamanku semoga bermanfaat buat teman-teman semua.











PERTAMA KALI BELAJAR KOMPUTER
Salah satu penentu sukses yang umum
adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak dilakukan
oleh orang-orang yang gagal. (Albert Cray)
Jika aku ingat saat pertama kali aku mengenal komputer, aku sebenarnya malu.
Tapi ini menjadi satu pengalaman yang menrik buatku. Oleh karena itu, aku coba gali pengalaman itu dan kutuliskan di sini.

Sebenarnya aku termasuk orang yang gaptek (gagap teknologi atau ketinggalan zaman).
Bagaimana tidak? Di saat orang lain sudah mulai mengenal komputer, aku sama sekali nggak tahu tentang komputer.
Waktu itu kira-kira tahun 1994/1995.
Salah seorang dosen sastraku menanyai beberapa mahasiswa yang sedang istirahat
siapa yang bisa komputer. Karena tidak ada satu temanpun yang mengatakan bisa,
maka dengan “kenekatan” aku mengatakan saya bisa.
Meskipun aku sebenarnya tidak bisa komputer.

Dosenku tersebut membutuhkan seseorang
yang bersedia membantunya mengetik beberapa hasil karyanya.
Karena waktu itu aku yang tunjuk jari,
maka akulah yang diminta untuk membantunya.

Pengalaman pertama menghidupkan komputer,
aku jadi ketahuan kalau sebenarnya aku tidak bisa komputer.
Jadilah aku belajar kilat dan gratis dengan Pak Dosen
tentang bagaimana mengoperasikan komputer.
Ada banyak keuntungan dari sekadar iseng kalau aku bisa komputer.

Pertama aku jadi bisa mengoperasikan komputer beneran.
Kedua, aku mendapat honor dari hasil kerjaku mengetik karya-karya Pak Dosen.
Ketiga, aku bisa belajar banyak bagaimana cara menulis cerita yang baik.
Terima kasih Pak atas kesempatan yang telah Bapak berikan pada saya.
Maaf kalau waktu itu saya memberanikan diri mengatakan saya bisa komputer,
padahal saya belum bisa.
He...he...he...!
























PERTAMA KALI NAIK PESAWAT
Ketika umur Anda mencapai 80 tahun,
Anda belajar banyak.
Hanya problemnya ...,
bagaimana mengingat-ingat segala yang telah Anda pelajari.
Pada tanggal 12 sampai dengan 16 Oktober 2005 kami pergi ke Lombok dan Bali  untuk berwisata. Untuk menghemat waktu,
kami naik pesawat terbang ke Lombok.
Karena dari Bandara Ahmad Yani Semarang
tidak ada pesawat yang langsung ke Lombok,
kami ke Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Perjalanan dari Jogja ke Lombok hanya makan waktu lebih kurang 1,5 jam.
Tidak terlalu lama.
Yang lama justru perjalanan dari Semarang ke Jogja, lebih kurang 3 jam.
Belum lagi ditambah waktu menunggu giliran terbang.
Yah… emang gitu mau bagaimana lagi!

Sebagai pengalaman pertama,
pengalaman naik pesawat tersebut tidak mudah kami lupakan.
Dasar orang udik…
Di atas pesawat kami ribut, jalan-jalan, foto-foto, dan melihat-lihat ke bawah (meskipun takut), sementara penumpang yang lain memilih tidur. 
Meskipun merasa takut, tapi kami juga merasa senang.
Sekitar pukul 16.00 kami sampai di Bandara Selo Parang.
Kami dijemput dua bus yang selanjutnya akan mengantar kami berkeliling
di beberapa tempat di Lombok, Bali, dan membawa kami kembali ke Semarang.


Ada beberapa tempat yang kami kunjungi saat di Lombok.
Antara lain, pusat kerajinan mutiara, kerajinan gerabah, Pura Batu Bolong,
dan beberapa tempat lain yang  aku sudah lupa namanya.
Sekitar dua hari satu malam kami berada di Lombok.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Bali.
Dengan menggunakan kapal, kami menyeberangi Selat Lombok.
Kapal yang kami tumpangi membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam.
Terombang-ambing di laut lepas, membuat beberapa di antara kami mabuk.
Termasuk aku juga hampir mabuk karena angin yang begitu besar.

Sama seperti ketika berada di Lombok,
di Bali kami  mengunjungi beberapa tempat,
di antaranya Pantai Kuta, Pura Tanah Lot, Pusat Kaos Joger, Pasar Sukawati,
Danau Kintamani, GWK, dan beberapa tempat lainnya.

Kesan yang masih aku ingat adalah senang,
menegangkan, dan yang jelas menambah pengalaman.














BAB IV
Setiap orang bisa berbahagia kapan saja, di mana saja.
Karena kebahagiaan adalah kesederhanaan hati,
Tak bergantung pada apapun. (anonim)

























ANGELIA KEZIA DIANI
Jika kamu takut akan rasa sakit atau penderitaan,
kamu seharusnya cari cara,
apa yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya.
Jika kamu bisa, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Jika kamu tidak bisa berbuat banyak,
maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga.
(Dalai Lama)                                  

“Didera Kanker Langka; Dia Memelukku Erat lalu Pergi dalam Doa”
Kalimat tersebut adalah judul sebuah tulisan  dalam rubrik Peristiwa
pada Tabloid Nova No. 1079/XXI, 29 Oktober – 2 November 2008 halaman 52.
Sebuah kisah yang menggetarkan hati

Adalah seorang anak yang bernama Angelia Kezia Diani.
Anak tersebut masih berusia 8 tahun.
Ia seorang anak yang tengah menderita sakit kanker yang langka,
karena konon sakit tersebut memang sangat jarang ditemui.
Menurut keterangan, dalam kurun waktu 76 tahun terakhir baru ada 20 penderita
dan 60% menyerang pria dewasa.
Kanker tersebut dinamai MPNST yang menyerang organ-organ vital pada tubuh manusia.

Yang membuat aku terkesan dengan cerita tersebut adalah
Kezia yang masih kecil tersebut mampu menghadapi penyakitnya dengan tabah,
penuh kepasrahan dan juga keyakinan.
Dia tidak pernah mengeluh ataupun “rewel”.
Berbagai pengobatan ia jalani dengan tenang,
bahkan di saat kedua orang tuanya berada dalam kecemasan yang teramat sangat.
Kezia kecil justru yang memberikan peneguhan dan kekuatan
serta keyakinan pada kedua orang tuanya.
Ketika tangan-tangan dokter tak lagi kuasa mengobatinya,
ia pun menerima dengan ikhlas,
bahkan ia yakin bahwa kepergiannya adalah untuk menghadap Tuhan di Surga.
“Menjelang dipanggil Tuhan, putriku sama sekali tak tampak cemas.
Di akhir hidupnya ia pun tak mengalami koma.
Sempat ia minta didudukkan, lalu memelukku erat sekali.
Kami saling berpelukan.”
Demikian salah satu kisah dari ibunya. 

Sebuah surat sempat ditulis oleh Kezia buat ibunya
dalam kepolosan bahasa anak-anak namun penuh makna.
Kepada Ibuku yang tersayang
aku sungguh berterima kasih sekali karena ibu mau membesarkanku sampai aku hidup.
Bila aku mati, ibu jangan sedih karena mati masuk surga. Aku              ibu”
Ya, demikian    kisah si gadis kecil Angelia Kezia Diani yang hebat.
Semoga kehebatannya, keyakinannya dan kepasrahannya
memberi inspirasi buat kita semua.










BELAJAR BERSEPEDA
Seseorang perlu gagal untuk maju dan sukses.
People fail to forward and success
(Anonim)

Berikut pengalaman Albert saat ia belajar naik sepeda.
Bagaimana cerita selengkapnya?
Silakan melanjutkan membaca!

Pada hari Minggu pagi (tanggalnya aku sudah lupa)
aku belajar naik sepeda bersama ayahku.
Aku belajar bersepeda di sekitar perumahan tempat tinggalku.
Jalan di seputar perumahan yang halus
membuat aku ingin mengayuh sepeda dengan cepat
meskipun aku belum mahir benar bersepeda.
Ayah memperingatkan aku agar hati-hati.

Ketika sepedaku melaju dengan kencang, aku tertawa-tawa gembira.
Karena terlalu senang dapat naik sepeda
aku sampai tidak melihat kalau ada batu yang cukup besar ada di tengah jalan.
Aku mencoba mengerem sepeda dengan sekuat tenaga
dan akibatnya sudah tentu bisa dibayangkan….
Betul! Aku jatuh dan kakiku kecebur selokan.
Aduh, baunya….!
Melihat aku jatuh, ayah segera berlari menolong
dan tidak lupa menasihatiku agar lain kali lebih berhati-hati.

Ya...jatuh memang pengalaman yang menyakitkan.
Tapi lebih menyakitkan lagi kalau tidak punya keberanian
untuk bangkit berdiri.
BUKU YANG HILANG
Berfikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh naluri atau emosi
merupakan satu cara menyelesaikan masalah yang paling berkesan.
(Anonim)

Kejadian ini bermula beberapa jam yang lalu (waktu itu lho..!).
Aku tidak bisa melupakan hal itu.
Bagaimana aku bisa lupa?
Salah satu barang kepunyaanku yang penting hilang dari tatapan mataku.
Sebut saja benda itu, buku.
Ya, memang itu hanya sekadar buku.
Tapi buku itu sangat penting bagiku.

Aku hanya bisa termenung mengigat bukuku yang hilang.
Tiba-tiba “bruk!” suara itulah yang menghilangkan lamunanku.
Setelah aku telusuri ternyata itu adalah suara adikku
yang menjatuhkan sebagian buku yang kuletakkan dalam tas ranselku
yang kubiarkan terbuka begitu saja.

“Maaf, Kak!” hanya itulah yang bisa dikatakan adikku.
Aku pun hanya bisa berkata, ”Nggak apa-apa, Dik!”
Setelah  aku mengatakan hal tersebut, aku teringat  akan sesuatu,
bukankah beberpa waktu yang lalu adikku meminjam pensilku dari dalam tas.
Seingatku aku pun meletakkan bukuku yang hilang di dalam tas.
Tanpa pikir panjang, aku pun langsung mencari adikku,
dan akhirnya aku pun menemukannya.
Ia sedang menggambar dengan menggunakan pensil warna
dan pensil yang dipinjamnya dariku.
Tanpa membuang waktu aku pun langsung menanyai adikku.

“Dik, apakah kamu melihat buku berwarna hitam dan putih kepunyaan kakak?”
“Tidak kak,” jawab adikku singkat sambil terus memainkan pensil warnanya.
Karena merasa tidak puas,
aku pun mengulangi pertanyaanku dengan nada yang agak keras.
Tiba-tiba adikku melemparkan pensilnya dan berlari ke tempat ibu di dapur.

”Ibu...Ibu..., kakak mau merebut pensil warna dan buku gambarku.” Adu adikku pada ibu.
”Ada apa sih, Kak?”  tanya ibu kemudian.
”Itu Bu, buku kesayanganku hilang.”
”Apakah buku yang dibelikan ayahmu itu?” tanya ibu meyakinkanku.
”Betul, Bu!” jawabku semangat, karena aku berharap ibu mengetahui buku itu.
”Jika buku itu yang kamu maksud, dan sudah kamu cari tidak ada,
ya kamu cari aja di toko buku pasti ada,” saran ibuku.

Tanpa membuang waktu, aku pun segera pergi ke toko buku terdekat.
Dengan mengendarai kendaraan umum,
akhirnya aku sampai ke toko buku yang kumaksud.
Segera aku mengambil tas yang biasa dibawa para pengunjung toko buku.
Dengan cepat aku berjalan ke arah bagian buku ilmu pengetahuan.
Dengan teliti, satu demi satu buku kulihat dengan saksama.
Sesampainya di lorong kedua betapa senangya hatiku
melihat buku yang kucari ada di sana.
Ah… lega rasanya setelah aku menemukan buku yang kucari.
                                                                                                                       






DIA KEMBALI PADA-NYA
Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu,
dan uangnya adalah pinjaman.
Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat,
dan pinjaman itu haruslah dikembalikan.
(Ibnu Mas’ud)

Hari itu adalah hari Jumat, 8 Mei 2009, teman kami dan sekaligus seniorku
dipanggil kembali pada-Nya.
Diabetes adalah penyakit yang telah mengantarnya pada peristirahatan terakhir.
Setelah beberapa hari sempat dirawat di Rumah Sakit,
dan satu hari sempat masuk ruang ICU
namun  akhirnya beliau harus memenuhi panggilan Sang Hidup
untuk kembali pada-Nya.

Selama satu malam jenasahnya disemayamkan di rumahnya.
Setelah segala persiapan selesai
Sabtu, 9 Mei 2009 jenasahnya diantarkan ke peristirahatan terakhir.
Selamat jalan Pak!
Tuhan telah menyiapkan tempat terbaik buat Bapak
Di  sorga-Nya yang mulia.










MENCARI-MU

Tuhan, aku mencari-Mu
Di relung-relung hatiku yang penuh kedengkian dan kecemburuan
Namun tak kutemukan Kau di situ.

Tuhan, aku mencari-Mu
Di mana harus kutemukan diri-Mu?
Dalam kegelisahanku?
Dalam ketidaktahuanku?
Dalam ketakberdayaanku?
Dalam ketakmampuanku bersyukur pada-Mu?

Tuhanku
Maafkan dan ampuni aku
Kedalam tangan-Mu kuserahkan semuanya
Kuserahkan segalanya









PADA SUATU KETIKA DI SUATU PAGI BUTA
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak
(Peribahasa)
Pagi itu, seperti biasa aku berangkat kerja pagi-pagi sekali.
Sekitar pukul 05 pagi aku sudah berangkat.
Maklum tempatku bekerja relatif jauh.
Pagi itu aku berangkat naik sepeda motor.
Biasanya, sepeda motor aku titipkan di terminal 
kemudian dari terminal  baru aku naik bus.

Siapa sangka pagi itu menjadi pagi yang tidak menyenangkan.
Entah karena capek atau karena mengantuk, di tengah jalan aku terjatuh.
Seingatku sih, aku berpapasan dengan kendaraan lain,
karena silau, aku tidak dapat melihat dengan jelas,
sehingga saat ada tumpukan batu aku tidak dapat menghindarinya.
Aku terjatuh akibat menabrak tumpukan batu tersebut.
Badanku pun penuh dengan luka.
Salah satu luka yang sampai saat ini masih membekas adalah luka di kaki (paha sebelah kanan). Entak tertusuk apa?
           
Saat aku tersadar kalau aku jatuh,
aku berteriak minta tolong pada orang yang lewat.
Tetapi, orang-orang yang lewat tadak mau berhenti untuk menolong.
Dari pembicaraan mereka yang sempat aku dengar
aku dikira orang yang sedang mabok dan terjatuh.
Tapi untunglah ada juga orang yang baik hati dan mau menolongku lalu mengantarkanku pulang. Baru setelah itu aku diantar ke rumah sakit.
Sendiri. Itulah pengalamanku berada di rumah sakit.
Tak ada istri atau saudara yang menungguiku
saat aku terpaksa harus opname di rumah sakit.
Mereka semua sibuk.
Sedang istriku pun sedang merawat anak pertama kami yang masih bayi.

Menurut cerita orang yang sakit di sebelahku,
tempat tidur yang aku pakai baru saja dipakai orang lain dan orang itu meninggal.
Hi.. serem juga rasanya.
Tapi untungnya aku cuma tiga hari di rumah sakit dan aku boleh pulang.
           
Yah,… itulah salah satu pengalamanku
pada suatu pagi saat aku kecelakaan menabrak tumpukan batu.
Bekas luka di kaki itu pun masih ada, seperti luka tembak.
Dan saat aku kecapekan, tulang di kaki kananku masih sering terasa ngilu.

Tapi bagaimanapun juga
Aku tetap bersyukur pada Tuhan
Karena masih diberi keselamatan, walau luka-luka.












TANGAN WAGIMAN
Makhluk apa pun yang berdiam di bumi,
apakah manusia atau hewan,
masing-masing memiliki peran,
masing-masing dengan jalannya sendiri,
untuk memperindah dan memperkaya dunia ini.
(Dalai Lama)

Siapa Wagiman? Dia bukan siapa-siapa.
Maksudnya bukan seorang pejabat atau artis.
Pak Wagiman hanyalah rakyat biasa.
Kalaupun kuceritakan di sini, bukan karena ia orang yang sangat istimewa.
Terlebih karena nasibnya yang kurang beruntung.
Ya...ya… mungkin  karena nasibnya yang kurang beruntung itulah
yang membuatku tertarik untuk menceritakannya.
Namanya Wagiman.
Orang-orang biasa memanggilnya Pak Giman.
Pada dasarnya Pak Wagiman adalah orang yang baik,
bertanggung jawab, dan tekun dalam bekerja.
Paling tidak itulah yang aku kenal selama ini.

Hal itu ia buktikan dengan ketekunannya dalam bekerja sebagai petani.
Ia habiskan waktunya dari pagi sampai petang untuk bekerja di sawah.
Dan itu ia lakukan setiap hari, terlebih bila musim menggarap sawah tiba. 
Tubuhnya yang kecil sampai hitam mengkilap terbakar teriknya sinar matahari.
Karena ketekunannya dalam bekerja
maka banyak tetangga mempercayakan sawahnya untuk digarap Pak Wagiman.


Belakangan semangat kerjanya mulai mengendor.
Semua berawal dari kematian Mbok Minah, istrinya.
Istri yang selama ini begitu setia menemani Pak Wagiman
dalam  suka-duka, untung, dan malang.
Mbok Minah telah menghadap Tuhan.
Kanker payudaralah yang menghantarkan Mbok Minah menghadap Sang Khalik.
Dan kepergiannya itu membawa serta semangat, harapan, dan cinta Pak Wagiman.
Tiba-tiba saja tangan kanan Pak Wagiman semper (tidak bisa digerakkan; lumpuh).
Tangan yang begitu perkasa,
yang selama ini dipergunakannya untuk mengayunkan cangkul dan sabit
saat ia bekerja di sawah.
Tangan itu tiba-tiba saja lumpuh,
setelah sebelumnya kaki kanannya juga mengalami nasib yang sama.
Kaki yang begitu kokoh
yang telah membuatnya mampu berdiri tegar berjam-jam di dalam lumpur
tak lagi mampu menopang tubuh kecilnya.

Ia nyaris putus asa.
Pernah terlintas dalam benaknya untuk memotong saja kaki dan tangan kanannya.
Ah...kasihan nasibnya!
Lebih celaka lagi anak-anaknya tak ada yang mau peduli.
Ia dibiarkan saja “teronggok” di kamarnya.
Mandi pun ia tak lagi dapat.
Sedangkan anaknya tak mau walau sekadar mengelap tubuhnya.
Aroma kencing dan kotoran berbaur dengan aroma tubuhnya yang tak lagi tersentuh air.
Celakanya lagi ia sering tak dikasih makan.
Meskipun ia sudah berteriak-teriak minta makan
bahkan sampai suaranya habis tak ada makanan yang diberikan buatnya.


Melihat kondisi seperti itu
para tetangga dekatlah yang akhirnya turun tangan
Merekalah yang memberi makan pada Pak Giman.
Para tetangga jugalah yang membersihkan tempatnya.
Kini Pak Wagiman sudah pulang.
Ia sudah pulang ke rumah Tuhan.
Tak ada lagi kelaparan, tak ada lagi bau tak sedap di tubuhnya.
Ia sudah damai dalam tidur panjangnya.
Selamat jalan Pak Wagiman.
Semoga Tuhan mengampuni segala dosa dan kesalahanmu
dan menempatkanmu di dalam surga-Nya yang abadi.















TRAGEDI SITU GINTUNG

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak
(Peribahasa)

Jumat, 27 Maret 2009, pukul 04.30.  
Hari ini kita kembali diingatkan betapa kecilnya kita dihadapan-Nya.
Bendungan Situ Gintung di Tangerang Banten, tiba-tiba  jebol.
Jebolnya bendungan ini mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor
yang menghayutkan, merobohkan, dan memporak-porandakan
segala yang ada di sekitar lokasi.

Banyak korban akibat peristiwa ini.
Bukan hanya harta benda, tapi juga nyawa.
Tak sedikit nyawa melayang akibat jebolnya bendungan Situ Gintung ini.
Dari peristiwa ini kita bisa belajar,
betapa tak berdayanya manusia dihadapan alam terlebih dihadapan Sang Pencipta.
Kita sering lupa diri dan lebih suka berbuat sekehendak hati
tanpa memperhatikan orang lain dan lingkungan sekitar kita.

Berkali-kali sudah Tuhan menyapa kita lewat alam sekitar kita.
Tak jarang Tuhan menyapa kita lewat “sentilan” yang berupa bencana atau musibah.
Gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, tsunami,
gunung meletus, puting beliung, wabah penyakit ...
Namun kita masih selalu keras hati.
Kita tetap sama, tak juga mau berubah menjadi lebih baik.

Ampuni kekerasan hati kami, ya, Tuhan!



PENYESALAN SELALU DATANG TERLAMBAT
Tidak ada seorang pun yang bisa kembali ke masa dulu nya.
Tetapi setiap orang bisa memulai dari awal lagi
untuk melakukan yang lebih baik.
Yang bisa kita lakukan adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama
untuk kedua kalinya dan berusaha lah untuk melakukan yang terbaik
untuk masa depan yang lebih baik.
(Wenny Margareth)

Waktu liburan sudah hampir berakhir.
Bapakku terima kabar dari saudara bahwa keponakan meninggal dunia karena musibah.
Ia dan teman-temannya sedang mengejar biawak.
Kebetulan biawak tersebut berlari dan bersembunyi di bawah tumpukan batu.
Saudaraku dan teman-temannya pun mengejarnya.
Tapi naas. Tumpukan batu dan pasir itu runtuh sehingga menimbun mereka.
Empat orang tewas termasuk saudaraku itu.

Mendengar kabar tersebut wajar saja jika bapak ingin segera ke tempat saudaraku.
Cuma sayang, hari itu aku harus segera kembali karena ada acara.
Sehingga aku belum bisa mengantar bapak.
Tapi keinginan bapak untuk segera melayat begitu besar.
Setelah mendapat izin dari ibu, bapak pun berangkat
dengan mengendarai sepeda motor.
Perjalanan berangkat lancar dan bertemu dengan sanak saudara.
Nah, dalam perjalanan pulangnya bapak mendapat musibah.
Mungkin karena capek atau kehilangan kesadaran bapak terjatuh.
Badannya penuh luka, dari wajah sampai ke kaki.

Motor yang dikendarai bapak pun rusak cukup parah.
Tutup rantai rusak. Kaca spion patah dua-duanya.
Plastik mika penutup stang pecah.
Namun ada juga hal positif yang pantas disyukuri dari peristiwa tersebut.
Ternyata masih banyak orang baik di sekitar kita.
Saat bapak terjatuh, ada seorang wanita
yang menolong dan merawat serta mengobati luka bapak
dan menunggui bapak sampai benar-benar siap meneruskan perjalanan pulang.

Setelah dirawat dan dirasa bisa meneruskan perjalanan,
bapak pun segera meneruskan perjalanan pulang meski sambil menahan rasa sakit.
Maklum, hampir sekujur tubuh terasa sakit dan terluka.
Dalam perjalanan pulang tersebut, bapak sempat mampir ke bengkel
karena motornya susah dikendarai.
Setelah selesai dibetulkan, bengkel tersebut tidak mau dibayar.
Puji Tuhan dan terima kasih.
Hanya  itulah yang disampaikan bapak kepada orang-orang
yang sudah begitu baik padanya.

Itulah salah satu hal yang aku sesali.
Mengapa aku tidak bisa mengantar bapak?
Yah…penyesalan selalu datang terlambat.
Tentu saja setelah semuanya terjadi.






BAB V
Sahabat bukan mereka yang menghampirimu ketika butuh,
namun mereka yang tetap bersamamu
ketika seluruh dunia menjauh. (Anonim)




















PERSAHABATAN YANG SELALU KUKENANG
Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya
dengan banyak persahabatan.
(Anonim)

Berikut adalah sepenggal kisah Rena dan persahabatannya.
Dalam cerita ini Rena menceritakan tentang sahabatnya Clara.
Sejak kelas satu SD Rena mempunyai seorang sahabat baik, yang bernama Clara.
Sejak   pertama kenal mereka berdua langsung akrab.
Clara selalu ada saat Rena sedih, saat ia  membutuhkan kehangatan seorang sahabat,
dan saat Rena bahagia.
Demikian juga sebaliknya.

Tapi saat mereka berdua sudah kelas lima,
tepatnya di semester kedua
tiba-tiba saja Clara menghilang.
Ia  pindah ke sekolah lain. Dan ia tak pernah mengatakannya pada Rena.
Rena tahu kepindahan Clara justru dari ibunya.
Ada  pertanyaan yang mengganjal di hati Rena.
“Mengapa Clara harus pindah?”
“Mengapa ia tak pernah memberitahukan kepadanya?”
“Mengapa ia tak telepon atau sekadar sms?”
Dan semua pertanyaan itu terjawab
walau tidak dari mulut Clara sendiri
tapi dari ibunya.

Hingga pada suatu ketika
Rena dan Clara bertemu kembali
Dalam satu acara di sekolah Rena atau sekolah Clara yang dulu.
Dalam acara itulah Clara menjelaskan
alasan kepindahannya.
Clara harus pindah
Karena bapaknya dipindahtugaskan ke kota lain.
Dan kepindahan bapaknya pun mendadak
sehingga tak sempat Clara memberi tahukan kepada Rena sahabatnya.

Walau mereka berjauhan
Namun persahabatan mereka tak putus.
Mereka tetap saling berkomunikasi dengan sms, fb, bb,
atau saling telepon bila dirasa perlu.





















PERSAHABATAN
Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,
tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK
di dalam hatimu. (Filsuf)

Berikut pengalaman persahabatan Astuti.
Astuti memiliki  satu pengalaman yang paling berkesan
yaitu saat ia kelas 6 SD.

Astuti memiliki seorang teman bernama Ela.
EIa selalu membantu Astuti  jika Astuti  ada masalah ataupun ada kesusahan.
Selain Ela, Astuti juga  memiliki seorang sahabat yang lain, yang bernama Chintia.
ngan Ela, Chintia pun suka membantu Astuti jika Astuti dalam kesulitan.

Ela dan Chintia adalah teman-teman yang sangat baik bagi Astuti.
Ketika mereka sudah lulus SD, mereka terpaksa berpisah.
Astuti dan Ela berada di SMP yang sama, meskipun beda kelas.
Sedangkan Chintia sekolah ke SMP lain.
Tentu saja mereka  sangat sedih karena harus berpisah.
Tapi ya, untunglah persahabatan mereka tidak terputus
meskipun mereka tidak lagi berada di satu sekolah yang sama.

Indahnya sebuah persahabatan
Walau jauh di mata, tapi tetap dekat di hati.






SEPINTAS KAU ADALAH MALAIKAT!

Tiada sesuatu yang lebih menyakitkan
daripada sebuah pengkhianatan yang dilakukan
oleh sahabatnya (anonim)
___o0o___
Penampilan kadang kala menipu.
Sesuatu yang nampaknya baik, sopan, ramah, bersahabat
tidak jarang ia adalah seorang penipu, penjahat, atau pengkhianat.
           
Berikut pengalaman yang menimpa saudaraku.
Ia pun punya seorang teman atau sahabat.
Umurnya sih udah lebih tua dari dia bahkan dari aku.
Dari penampilan dan gaya bicaranya serta sikapnya
tentu orang akan mengatakan kalau ia orang baik.
Ia sering pergi sama saudaraku, entah urusan bisnis atau urusan lain.

Konon ia punya kepandaian mengobati orang.
Jadilah  ia ikut membantu simbokku yang sakit.
Ia sering datang ke rumah untuk mendoakan, mengobati,
dan membawakan obat-obat tertentu demi kesembuhan simbok.
Gaya bicaranya pun manis dan  halus serta sopan.
Orang tidak akan mengira kalau ia tega “menipu”.

Karena pertemanan mereka sudah begitu akrab,
suatu ketika si om itu meminjam uang ke saudaraku
katanya dalam waktu sekian hari kemudian uang akan segera dikembalikan.
Karena saudaraku percaya sama si om itu,
uang yang sebenarnya mau dipakai untuk kebutuhannya sendiri  pun dilepasnya
untuk dipinjam si om.
Tapi celaka..., sampai hari yang dijanjikan,
bahkan lebih… dan lebih lagi… uang itu tak kunjung dikembalikan.
Konon sampai cerita ini aku tulis pun uang itu belum juga dikembalikan.
Bahkan si om itu pun tak lagi kelihatan batang hidungnya.
Kok tega…ya?!

Maka, kita perlu hati-hati
Tak seharusnya begitu mudah mempercayai orang lain.
Bisa-bisa kita menjadi celaka.
Memang sih tidak semua orang seperti itu.

Seperti ungkapan berikut
Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya    
baru kita sadari setelah kita kehilangannya.” (Anonim)

           


















BAB VI
Panggilah cinta
menjadi bagian terpenting dalam hidup kita,
maka kekayaan dan kesuksesan
akan  menyertainya (Anonim).
                                                                            













HANYA INI

Kekasihku, hanya ini yang mampu aku berikan buatmu
segenggam butir-butir pasir
Yang merupakan kristalisasi keringatku (Tukul Arwana).
Tak banyak yang kudapat hari ini
seperti juga hari-hari yang lalu
namun semua kuperoleh dengan segenap cinta dan kasihku buatmu
dan buat anak-anak kita.

Maafkan aku
jika aku tak mampu menyampaikannya dalam romantisme
Namun harap kau tahu!
Aku tak pernah menganggapmu sebagai rekan kerjaku,
tapi kau adalah belahan jiwaku
kekasih hidupku selamnya.

Kekasihku, maaf baru ini yang mampu aku berikan buatmu
namun aku tetap terus berusaha
sampai hembusan napasku yang terakhir.

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.
 Khalifah ‘Umar



MANA KACAMATAKU?
Hakikat kehidupan
bukan peristiwa-peristiwa besar,
melainkan saat-saat keseharian.
(Rose Kennedy)

Hari itu, tepatnya kapan aku udah lupa.
Tapi yang jelas hari itu adalah salah satu hari yang sedikit menegangkan buatku
karena bus yang aku tumpangi mengalami kecelakaan bertabrakan dengan truk tangki.

Pagi itu, seperti hari-hari biasanya aku berangkat bekerja dengan naik bus.
Kebetulan pagi itu hujan gerimis
bus yang aku tumpangi belum banyak penumpangnya.
Pak Sopir  mengendarai bus dengan agak kencang agar tidak kedahuluan bus yang lain.
Sampai di daerah Prambanan, bus mencoba mendahului kendaraan lain.
Tapi perhitungan pak sopir kurang tepat
sehingga bertabrakan dengan truk tangki yang datang dari arah berlawanan.
Beberapa penumpang sempat menjerit dan ada yang terjatuh.
Akibat tabrakan itu kepalaku dipenuhi pecahan kaca dan jari tanganku terbentur kursi
sehingga terasa sangat sakit.
Hanya yang perlu disyukuri adalah tidak ada korban jiwa pada  kecelakaan tersebut
baik kru bus, kru truk tangki, maupun penumpang bus.
Hanya ada beberapa orang yang mengalami luka-luka.

Akhirnya aku melanjutkan perjalanan dengan ganti bus yang lain.
Sesampai di tempat kerjaku  baru aku sadari kalau kacamataku hilang.
Kemungkinan  terjatuh dalam bus.
Meskipun demikian, aku tetap bersyukur
karena hanya kehilangan kaca mata.
Terima kasih Tuhan!
SAAT  KRITIS
Kita tidak tahu bagaimana hari esok,
yang bisa kita lakukan ialah
berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini.
(Samuel Taylor Coleridge)

Ini cerita tentang salah seorang murid pada suatu sekolah
yang memiliki permasalahan yang cukup pelik.
Permasalahan ini menjadi semakin pelik ketika ujian nasional sudah hampir tiba.
Bagaimana tidak pelik?
Bagai makan buah simalakama
menolong anak itu, berarti membutuhkan biaya yang cukup besar
kalau tidak ditolong maka anak itu tidak akan lulus UN.
Anak tersebut  sering tidak masuk sekolah.
Padahal saat itu ia sudah kelas IX.
Guru BK,  guru wali, bahkan Kepala Sekolah
sudah dibuatnya menjadi sedikit kerepotan.  Bagaimana tidak?
Di satu sisi sekolah dihadapkan pada program wajib belajar 9 tahun,
tapi di sisi lain sekolah dihadapkan pada kenyataan
bahwa siswa tersebut jarang sekali masuk sekolah.

Sampai suatu saat pihak sekolah meminta anak tersebut, dan juga orang tuanya
untuk mengajukan cuti study dengan alasan sakit.
Karena setiap kali tidak masuk orang tua selalu mengatakan bahwa anak tersebut sakit.
Namun, anak tersebut  dengan meyakinkan mengatakan kepada kepala sekolah
bahwa ia tidak mau cuti dan ingin ikut ujian tahun ini.
Siswa itu pun akhirnya mengikuti berbagai latihan ujian
baik yang diselenggarakan sekolah maupun pemerintah.
Dan sungguh mengejutkan.
Meskipun jarang masuk sekolah, namun nilai latihan ujiannya cukup bagus
dan tidak kalah dengan siswa yang selalu masuk.
Jadilah siswa tersebut didaftarkan untuk mengikuti ujian nasional. 
Tetapi setelah semua data pendaftaran peserta ujian beres,
tiba-tiba ia kembali tidak masuk.
Sudah satu minggu ia tidak masuk dengan alasan sakit
(memang ada surat keterangan dokter,
tetapi surat itu hanya untuk satu hari izin tidak masuknya).
Kemudian beberapa hari berikutnya ada surat izin susulan dari orang tua
yang menyatakan bahwa anak tersebut sakit.
Wah…wah… sungguh merepotkan.

Untuk meyakinkan apakah dia benar-benar sakit,
maka pihak sekolah membawa anak tersebut
ke salah satu Rumah Sakit.
Dari hasil pemeriksaan, anak tersebut memang sakit usus buntu.
Dan dokter menganjurkan untuk segera operasi supaya tidak terlambat.
Permasalahan baru kembali muncul.
Darimana ia akan mendapatkan uang untuk biaya operasi
yang kemungkinan tidak sedikit itu.

Tetapi akhirnya pihak sekolah memutuskan
untuk membawa anak tersebut ke sebuah rumah sakit. 
Anak tersebut pun segera menjalani serangkaian pemeriksaan.
Setelah positif, kemudian anak itu pun harus opname.
Dan menunggu giliran operasi.

Lalu dari mana biaya operasi anak tersebut?
Salah satunya tentu  dari sekolah.
Selain itu, juga dari para donatur, para dermawan,
dan dari iuran atau kolekte para siswa.

Bagaimana hasil jerih payah sekolah membantu anak tersebut?
Anak tersebut akhirnya bisa mengikuti ujian dan lulus.
Dan setelah itu, pihak sekolah tak tahu lagi
Bagaimana nasib anak tersebut.
Si anak pun tak lagi menunjukkan batang hidungnya
ke sekolah.

























SAAT AKU HAMPIR TENGGELAM
Alangkah banyaknya kasus yang merupakan pelajaran,
tetapi alangkah sedikitnya orang yang mengambil pelajaran.
(
Anonymous)
Bermain di sungai, mencari ikan, atau sekadar mandi-mandi di sungai
adalah salah satu kegiatan masa kecilku dulu.
Maklum di kampung  tempatnya jauh dari kermaian,
tentu juga jauh dari tempat-tempat hiburan.
Maka kami pun selalu mencoba mencari atau menciptakan hiburan sendiri.
Suatu ketika, aku  bersama teman-teman bermain di sungai
yang tidak biasanya kami pakai untuk bermain-main.
Sungai itu bernama Kali Lunyu.
Disebut Kali Lunyu karena ada satu bagian dari sungai itu yang licin sekali
(lunyu –bahasa Jawa).
Kami bermain di salah satu tempat yang ternyata sangat dalam.
Meskipun aku sering bermain di sungai, tetapi aku tidak  pandai berenang.
Saat itu tanpa aku sadari, aku sampai di tempat yang paling dalam dari sungai itu.
Tentu saja aku menjadi takut karena rasa-rasanya aku terseret dan hampir tenggelam.
Lalu dengan sekuat tenaga dan dengan gaya renang sekenanya aku berusaha sekuat tenaga
untuk menjauh dari tempat itu.
Berhasil…berhasil…hore…hore…
itulah kata-kata Dora dalam salah satu film kartun di masa kini.
Seperti halnya Dora yang senang karena berhasil, aku pun sangat senang
karena dapat berenang sampai ke tepi.
Karena pengalaman itu pulalah
aku sampai saat ini tidak mahir berenang.
Ada rasa takut yang membekas
setiap kali harus berenang di air yang dalam.
Trauma barangkali.
SUKA DAN DUKA
Jangan lupakan peristiwa pahit yang sudah kau alami,
agar dapat kita jadikan sebuah pengalaman pada masa yang akan datang. Lupakanlah pengalaman indah yang baru saja kau rasakan,
agar dapat kita kenang
pada saat kita berada dalam kesedihan atau kegagalan
(Anonim)

Tak ada satu orang pun yang mampu menghentikan waktu.
Semua berjalan dan terus berjalan sesuai kehendak Sang Waktu.
Segala suka dan segala duka akan datang silih berganti mewarnai kehidupan ini.
Beriring dengan segala keberhasilan dan segala kegagalan.
Berhiaskan tawa dan tangis atas segala yang kita rasakan dalam kehidupan ini.

Seperti kata-kata indah yang ditulis seorang teman.
Ia  menuturkan seperti berikut dalam sms-nya suatu ketika,
“Jangan lupakan peristiwa pahit yang sudah kau alami,
agar dapat kita jadikan sebuah pengalaman pada masa yang akan datang.
Lupakanlah pengalaman indah yang baru saja kau rasakan,
agar dapat kita kenang pada saat kita berada dalam kesedihan atau kegagalan.”

Sungguh sebuah nasihat yang bijak
yang patut kita renungkan dan kita sikapi
agar kita tidak terlalu bersedih saat kita gagal,
dan tidak terlalu bergembira di saat kita sedang berhasil.

Dalam segala keterbatasan kita,
kita memang sering lupa diri
baik di saat kita berhasil atau pun gagal.
Di saat kita berhasil kita begitu bergembira
sampai lupa bahwa ada orang lain di sekitar kita
yang sedang berada dalam kesedihan.
Demikian halnya saat kita gagal.
Sepertinya dunia begitu kejam dan semua tertutup.
Segala yang orang katakan, kita rasakan seperti tengah membicarkan kita.
Segala yang orang tertawakan, seperti tengah menertawakan kegagalan kita.
Bahkan tidak sedikit orang yang mengambil jalan pintas
untuk mengatasi segala kegagalan yang tengah ia alami.
Bunuh diri. Dan itu sungguh tidak bijak sana!

Dan waktu pun tak ada yang mampu menghentikan.
Hanya Sang Waktu sendiri yang mampu melakukannya.
Semua harus berjalan sesuai rencana waktu.
Semua harus terlaksana.
Aneka warna kehidupan akan segera berbaur menjadi satu warna; gelap.
Dan di dalam gelap itu ada dua pilihan yang juga harus kita lalui,
terus berada dalam gelap ataukah berusaha untuk menemukan terang.

Demikianlah hidup dan kehidupan.
Berada dalam dua sisi yang satu.
Suka-duka, berhasil gagal, dan akhirnya gelap ataukah terang.
Dan semuanya akan kembali pada-Nya, Sang Waktu.