GARA-GARA
“GAME ON LINE”
Hari
ini Anton tidak masuk sekolah. Ia memang berangkat seperti biasa namun tidak
pernah sampai ke sekolah. Kemana? Anton pergi ke tempat game on line yang lokasinya tidak jauh dari sekolah.
Ya,
Anton sudah mantap kalau hari ini ia bakal bolos sekolah untuk pergi ke tempat game on line. Ia masih penasaran dengan
permainan kemarin sehingga hari ini ia merencanakan untuk kembali ke tempat
permainan tersebut.
Seperti
biasa Anton diantar ayahnya berangkat sekolah. Ayahnya tidak menaruh curiga
sedikitpun. Anton turun di depan pintu gerbang sekolah lalu pura-pura masuk ke
halaman sekolah. Akan tetapi setelah ayahnya berlalu, ia segera ke luar dari
halaman sekolah dengan santai seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Kemudian ia
membuka baju seragamnya lalu memasukkan ke dalam tas. Dari rumah, Anton sudah
memakai kaos sehingga ia tidak terlalu sulit untuk mengganti baju seragam
dengan kaos. Setelah dirasa aman, Anton segera menuju lokasi game on line.
Tanpa
disadari oleh Anton, ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan
gerak-gerik Anton. Ia adalah Pak Abdullah Kepala SD Sukadamai. Pak Abdullah
sengaja tidak menegur Anton secara langsung. Beliau ingin tahu apa yang akan
dilakukan oleh Anton berikutnya.
Sementara
itu, Anton yang merasa yakin bahwa apa yang dilakukan tidak diketahui orang,
segera bergegas menuju ke warnet XYZ, tempat ia akan menuntaskan hasrat bermain
gamesnya. Sesampai di warnet, ia segera mencari tempat yang kemarin ia gunakan.
Suasana warnet cukup sepi karena hari itu memang bukan hari libur.
Saat Anton masuk
petugas bertanya sinkat, “Nggak sekolah, Dik?”
“Libur.”
Jawab Anton singkat pula.
Tak
berapa lama kemudian Anton sudah duduk di depan komputer. Tanpa ia sadari Pak
Abdullah sudah sampai juga di warnet XYZ. Beliau sengaja membiarkan Anton untuk
menyalakan komputernya dulu. Pak Abdullah ingin tahu secara langsung apa yang
dilakukan Anton.
Selang
beberapa waktu kemudian, dan setelah yakin apa yang dilakukan oleh Anton, Pak
Adullah segera menuju ke tempat Anton yang sedang asyik bermain.
“Selamat
pagi, Anton...” sapa Pak Abdullah pelan.
Anton
yang sedang asyik memulai permainannya tersentak kaget. Ia hapal betul dengan
suara orang yang menyapanya tersebut. Dengan suara gemetar, Anton menjawab
sapaan Pak Abdullah.
“Se...la...mat...
pa...pa...gi, Pak.”
“Sedang
apa Anton?” tanya Pak Abdullah penuh selidik.
“Main
games on line, Pak.” Jawab Anton
dengan rasa takut.
“Kenapa
tidak sekolah, Anton?” tanya Pak Abdullah selanjutnya. Anton tertunduk
ketakutan dan tak lagi berani menjawab.
“Ayo
sekarang kenakan baju seragammu dan kembali ke sekolah. Sewa gamesnya biar
Bapak yang bayar.”
Seperti
kerbau yang dicocok hidungnya, Anton tak berani berkutik. Ia hanya menurut apa
yang dikatakan Pak Abdullah. Ia segera mengenakan baju seragamnya dan mengikuti
Pak Abdullah kembali ke sekolah. Sesampai di sekolah Anton diajak ke ruang
Kepala Sekolah dan dinasihati oleh Pak Abdullah. Selain itu, Pak Abdullah juga
segera menelepon Ayah Anton supaya datang ke sekolah.
“Selamat
pagi Bapak. Mohon maaf jika pagi ini Bapak saya minta untuk datang ke sekolah.”
“Ya,
Bapak Kepala Sekolah. Apakah ada sesuatu yang penting sehingga saya diminta
datang ke sekolah?”
“Begini
Bapak. Tadi saya mendapati Anton putra Bapak sedang bermain games di warnet
XYZ. Padahal ini jam sekolah.”
Mendengar
penjelasan Kepala Sekolah tersebut, ayah Anton segera menatap putranya
dalam-dalam. Anton yang merasa bersalah segera menundukkan kepala dan mulai
menangis. Sambil terbata-bata, Anton minta maaf pada ayahnya dan kepada Kepala
Sekolah.
“Maafkan
Anton Ayah. Maafkan Anton Bapak Kepala Sekolah. Anton berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan ini. Anton janji..!”
“Baik
Anton, Bapak maafkan. Tapi sekarang lebih baik Anton ikut pulang bersama Ayah
untuk merenungkan perbuatan Anton hari ini. Selain itu Anton juga supaya
membuat niat ke depan atau janji supaya tidak mengulangi perbuatan hari ini.
Semua ditulis tangan dengan rapi ditandatangani Anton dan orang tua. Besok pagi
diserahkan kepada Bapak.”
“Ya,
Pak terima kasih.”
Anton
benar-benar menyesal atas apa yang sudah ia lakukan hari itu. Ia berjanji untuk
rajin belajar. Ia juga berjanji untuk tidak membolos sekolah lagi. Pengalaman
hari itu sungguh menjadi pengalaman yang sangat berharga buat Anton.